FATHERLESS DALAM PERSPEKTIF TAFSIR Studi atas Kisah Nabi Ibrahim dan Isma‟il dalam QS Ibrāhim Ayat 37 dan Al-Ṣaffāt Ayat 102

Al-Chadziq, Mochammad Chanif (2024) FATHERLESS DALAM PERSPEKTIF TAFSIR Studi atas Kisah Nabi Ibrahim dan Isma‟il dalam QS Ibrāhim Ayat 37 dan Al-Ṣaffāt Ayat 102. skripsi thesis, STAI Al-Anwar.

[img] Text
BAB I.pdf

Download (3MB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (3MB)
[img] Text
CURRICULUM VITAE.pdf

Download (3MB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (3MB)
[img] Text
HALAMAN AWAL.pdf

Download (6MB)

Abstract

Penelitian ini mengkaji problematika fatherless dalam tafsir al-Qur‟an, dengan objek kajian enam tafsir: Tafsir Al-Ṭabarī, Tafsir Ibn Kathīr, Tafsir Al-Qurṭubi, Tafsir Al-Wasīṭ karya Sayyid Ṭanṭāwī, Tafsir al-Munīr karya Wahbah al-Zuhaili, dan Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab. Fatherless merupakan istilah yang belakangan muncul untuk menyebut ketiadaan peran ayah dalam pengasuhan anak yang tanpa disadari mulai banyak terjadi, khususnya di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori history of idea of Quranic interpretation yang disadur oleh Abdul Mustaqim dari beberapa tokoh di bidang madhāhib al-tafsīr. Dalam teorinya, Abdul Mustaqim menekankan bahwa penafsiran al-Qur‟an dibagi menjadi tiga era yaitu; era formatif yang mengedepankan penafsiran bi al-riwāyat, era afirmatif yang kental dengan ideologi, dan era reformatif yang sarat dengan nalar kritis. Berdasarkan temuan penelitian, Tafsir Al-Ṭabarī dan Tafsir Ibn Kathīr termasuk tafsir formatif, Tafsir Al-Qurṭubi, Tafsir Al-Wasīṭ dan Tafsir al-Munīr termasuk tafsir afirmatif dengan nalar ideologis, dan Tafsir Al-Misbah termasuk tafsir reformatif yang kritis. Tafsir formatif cenderung menggunakan riwayat riwayat terkait seperti riwayat kenapa nabi Ibrahim meninggalkan putra dan istrinya hingga riwayat bagaimana peran nabi Ibrahim sebagai ayah tetap berjalan. Pada tafsir afirmatif lebih memfokuskan penafsiran pada hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, mulai dari hukum meninggalkan anak dengan dalih tawakkal seperti yang dilakukan oleh nabi Ibrahim, hingga disyari‟atkannya doa untuk keturunan. Kemudian pada tafsir reformatif menyinggung bahwa fatherless tidak menjadi alasan hilangnya peran ayah, akan tetapi kisah kepatuhan nabi Isma‟il menjadi bukti bahwa penanaman pendidikaan dan moral oleh nabi Ibrahim sebagai ayah tetap berjalan dengan baik.

Item Type: Thesis (skripsi)
Subjects: Al-Qur’an dan Tafsir > Ilmu al-Quran dan Tafsir (Umum)
Al-Qur’an dan Tafsir > Tafsir Ilmi
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT)
Depositing User: Muhammad Sa'ad Alfanny
Date Deposited: 22 Aug 2025 05:31
Last Modified: 22 Aug 2025 05:31
URI: http://repo.staialanwar.ac.id/id/eprint/1939

Actions (login required)

View Item View Item