ANALISIS MAKNA KATA ḌĀLLĀ Dan DERIVASINYA Dalam Surah al-Ḍuḥā ayat 7

Syafei, Ahmad (2025) ANALISIS MAKNA KATA ḌĀLLĀ Dan DERIVASINYA Dalam Surah al-Ḍuḥā ayat 7. skripsi thesis, STAI Al-Anwar Sarang Rembang.

[img] Text
HALAMAN AWAL.pdf

Download (4MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (3MB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (2MB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (2MB)
[img] Text
CURRICULUM VITAE.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Penafsiran terhadap lafaz ḍāllā dalam QS. al-Ḍuḥā [93]:7 kerap menimbulkan perdebatan di kalangan ulama tafsir, terutama terkait potensi konotasi negatif seperti “kesesatan” yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Problem akademik ini muncul karena adanya keragaman makna dalam penggunaan lafaz ḍāllā di berbagai ayat al-Qur’an yang sering kali dikaitkan dengan makna peyoratif, sehingga menuntut pendekatan yang hati-hati, komprehensif, dan kontekstual dalam menafsirkan ayat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna lafaz ḍāllā dalam QS. al-Ḍuḥā [93]:7 dengan menggunakan tiga pendekatan utama, yaitu siyāq lughawī, intratekstual, dan intertekstual. Secara leksikal, ḍāllā berasal dari akar kata yang mengandung arti “bingung,” “tersesat,” atau “tidak mengetahui arah.” Namun, dalam konteks kenabian, makna tersebut tidak dimaknai sebagai kesesatan akidah atau penyimpangan moral, melainkan menggambarkan fase pencarian kebenaran yang alami, wajar, dan manusiawi. Pendekatan siyāq lughawī menunjukkan bahwa lafaz ḍāllā menggambarkan kondisi seseorang yang belum mendapat petunjuk dan masih mencari jalan hidup yang hakiki. Pendekatan intratekstual menegaskan bahwa meskipun ḍāllā kerap bermakna negatif di ayat lain, dalam QS. al-Ḍuḥā:7 ia mencerminkan pencarian spiritual Nabi sebelum menerima wahyu, selaras dengan konteks surah yang bernada penghiburan. Sementara itu, pendekatan intertekstual melalui tafsir Ibn ʿĀshūr dan Sayyid Quṭb memperkuat bahwa Nabi sedang mencari kebenaran, bukan sesat, melainkan berada dalam fase pencarian eksistensial sebelum datangnya bimbingan ilahi.Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa makna yang paling tepat untuk lafaz ḍāllā dalam ayat tersebut adalah “dalam keadaan mencari petunjuk” (ḥāyir fī ṭalab al-hudā). Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam memperdalam kajian semantik al-Qur’an serta menegaskan urgensi pendekatan kontekstual dalam memahami dinamika makna lafaz secara tepat, menyeluruh, dan kontributif terhadap perkembangan keilmuan tafsir dan studi al-Qur’an kontemporer.

Item Type: Thesis (skripsi)
Subjects: Al-Qur’an dan Tafsir > Hermeneutika Al-Qur'an
Al-Qur’an dan Tafsir > Semantik
Depositing User: Ahmad Syafei
Date Deposited: 04 Aug 2025 04:28
Last Modified: 04 Aug 2025 04:28
URI: http://repo.staialanwar.ac.id/id/eprint/1840

Actions (login required)

View Item View Item