KRITERIA ANAK YATIM DALAM KEGIATAN SANTUNAN PERSPEKTIF TAFSIR AHKĀM ALI AL-ṢABUNI

Malichah, Siti (2025) KRITERIA ANAK YATIM DALAM KEGIATAN SANTUNAN PERSPEKTIF TAFSIR AHKĀM ALI AL-ṢABUNI. skripsi thesis, STAI Al-Anwar Sarang Rembang.

[img] Text
BAGIAN AWAL.pdf

Download (2MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (557kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (494kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (646kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (645kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (238kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (316kB)
[img] Text
CURRICULUM VITAE.pdf
Restricted to Registered users only

Download (252kB)
[img] Text
SKRIPSI FULL.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

ABSTRAK Malichah, Siti. 2025. Kriteria Anak Yatim Dalam Kegiatan Santunan Perspektif Tafsir Ahkām Ali Al-Ṣabuni. Skripsi. Progam Studi Ilmu al- Qur’an dan Tafsir. Sekolah Tinggi Agama Islam al- Anwar Sarang. Pembimbing: ‘Azzah Nurin Taufiqotuzzahro’, S. Ag., M. A. Penelitian ini mengkaji tentang santunan Anak yatim perspektif tafsir Ahkām min al- Qur’ān Ali Al-Ṣabuni. Penelitian ini berangkat dari pemahaman yang berbeda terkait seseorang dapat dikatakan dewasa. Sehingga, terdapat beberapa perbedaan acuan dewasa disetiap daerah, yang mengakibatkan perbedaan batas umur seorang anak dikatakan dapat menerima santunan anak yatim disetiap tahunnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan teori tafsir tawhīdī Muhammad Baqir Al-Ṣadr. Teori yang dirumuskan Muhammad Baqir Al-Ṣadr ini kemudian dikenal dengan istilah min al-waqi’ila al-nas. Adapun hasil penelitian ini berupa adanya kriteria yang dirumuskan oleh Ali al- Ṣabuni terkait batas seorang anak yatim yang berhak mendapatkan santunan. Menurut Ali al- Ṣabuni batas seorang anak yatim dapat menerima santunan dengan Kriteria yang dirumuskan yakni menggunakan acuan sampai seseorang anak dikatakan balig, dan pandai/ dewasa. Disamping itu, yang dimaksud dari kedewasaan dalam konteks ini mengacu pada pengaturan harta secara baik oleh anak yatim berupa pentasyarufkan harta untuk hal-hal yang tidak bertolak belakang dengan syariat (al-rusyd). Sedangkan yang dikehendaki dari balig sendiri adalah seseorang sudah mencapai pada batas sampai dikatakan balig maupun syarat lainya seperti halnya ihtilam atau haid bagi perempuan. Menurut pandangan Ali al- Ṣabuni jika seorang sudah balig akan tetapi tidak memenuhi kriteria pandai atau dewasa maka belum berhak menerima hartanya. Hal ini dikarenakan kedua acuan tersebut tidak boleh hanya terpenuhi salah satunya. Sehingga jika seseorang sudah mampu menerima harta warisannya maka seorang tersebut tidak lagi dapat menerima santunan. Begitu juga sebaliknya jika belum mampu maka berhak untuk menerima santunan. Adapun bagi anak yang menerima santunan yang berhak untuk pengelolaan santunan tersebut adalah walinya. Kaywords: anak yatim, santunan, Ali al- Ṣabuni.

Item Type: Thesis (skripsi)
Subjects: Al-Qur’an dan Tafsir > Ilmu al-Quran dan Tafsir (Umum)
Al-Qur’an dan Tafsir > Tafsir Ahkam
Al-Qur’an dan Tafsir > Tafsir Maudlu’i
Al-Qur’an dan Tafsir > Ulumul Qur`an
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT)
Depositing User: Malichah Malichah Siti Malichah
Date Deposited: 25 Aug 2025 03:16
Last Modified: 25 Aug 2025 03:16
URI: http://repo.staialanwar.ac.id/id/eprint/1965

Actions (login required)

View Item View Item