MAKNA ZAKAT DALAM AL-QURAN KAJIAN SEMANTIK BINT AL-SYATHI

MAKNUNAH, LULUIL (2019) MAKNA ZAKAT DALAM AL-QURAN KAJIAN SEMANTIK BINT AL-SYATHI. skripsi thesis, STAI AL-ANWAR SARANG.

[img] Text
PENDAHULUAN.pdf

Download (724kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (403kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (410kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (490kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (490kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (354kB)

Abstract

Lu’lu’il Maknunah, 2019. Makna Zakat dalam al-Qur’an Kajian Semantik Bint Al-Shaṭī’, Skripsi Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir pada Sekolah Tinggi al-Anwar Sarang Rembang. Pembimbing: Agus Salim Lc., M. Th Kata Kunci: Lafaz Zakā Analisis semantik Bint Al-Shaṭī’, Semantik Bint Al-Shaṭī’, Bint Al-Shaṭī’, Metode Penafsiran. Bint Al-Shaṭī’ adalah seorang mufassir wanita di era kontemporer yang mengadopsi prinsip-prinsip-prinsip metode dari suaminya yaitu Amin Al-Khulli. Dalam menafsirkan ayat al-Qur’an Bint Al-Shaṭī’ menggunakan metode semantik, yaitu metode yang berdasarkan pada analisa teks. Yakni dengan memposisikan al-Qur’an sebagai teks. Menafsirkan al-Qur’an secara bayani (menjelaskan). Berusaha semaksimal mungkin untuk memurnikan pemahaman nash Qur’ani dengan menampakkan bahasa Arab dengan temperamennya, mengenali setiap lafaznya, serta Ushlūb atau gaya bahasa al-Qur’an. Dan berdasarkan pada prinsip-prinsip metode yang dijadikan pegangan penafsiran Al-Qur’an, yaitu: prinsip bahwa sebaian ayat Al-Qur’an menjelaskan ayat yang lain, Munasabah yakni keterkaitan ayat satu dengan ayat-ayat ataupun surah-surah yang lain, ketentuan suatu masalah berdasar atas bunyi umum suatu lafaz atau teks, bukan karena adanya sebab khusus, keyakinan bahwa kata dalam al-Qur’an tidak memiliki sinonimitas. Yang diutamakan dalam penafsiran ialah penguasaan tema untuk mengkaji satu tema yang ada di dalamnya, lalu menghimpun semua tema di dalam Al-Qur’an, mengikuti kelaziman penerapan lafaz-lafaz dan ungkapan-ungkapan sesudah membatasi makna bahasa. Metode ini berbeda dengan penafsiran surah demi surah, lafaz dari ayat diambil secara terputus dari konteks umum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Untuk memahami gagasan tertentu di dalam al-Qur’an menurut konteksnya, ayat-ayat di sekitar gagasan itu harus disusun menurut tatanan kronologis pewahyuannya, sehingga keterangan-keterangan tentang wahyu dan tempat dapat diketahui. Sebagaimana dalam penafsiran lafaz zakāh di dalam Al-Qur’an yang dikaji dengan metode semantik Bint Al-Shaṭī’. lafadz zakāh sendiri diulang sebanyak 32 kali dakam al-Qur’an dalam 19 surah dan dalam 23 ayat.

Item Type: Thesis (skripsi)
Subjects: Al-Qur’an dan Tafsir > Semantik
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT)
Depositing User: Lu'lu'il Maknunah
Date Deposited: 26 May 2025 08:38
Last Modified: 26 May 2025 08:38
URI: http://repo.staialanwar.ac.id/id/eprint/1673

Actions (login required)

View Item View Item